Berapa
lama waktu yang diperlukan jika hendak bepergian dari
Jakarta ke Surabaya? Hanya sekitar 1,5 jam saja bila menggunakan
pesawat. Bila memilih menggunakan jasa kereta api, waktunya sekitar
12-18 jam. Padahal, pada zaman dulu sewaktu belum ada sarana
transportasi modern, perjalanan Jakarta-Surabaya harus ditempuh selama
berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Wow, lama sekali, ya?
Bagaimana sih perkembangan alat transportasi di negeri kita ini? Yuk, kita simak kisahnya!
Transportasi Air
Di
Indonesia, sebagai negara bahari, perahu dan kapal merupakan alat
transportasi dan komunikasi penting sejak awal peradaban Nusantara. Tak
heran, alat transportasi yang paling banyak ragamnya di Indonesia adalah
perahu dan kapal.
Setiap
daerah berpantai di Indonesia memiliki jenis perahu tradisional dengan
bentuk dan ornamen khas. Misalnya, Pinisi dari Makasar, Sope dari
Jakarta, Alut Pasa dari Kalimantan Timur, Lancang Kuning dari Riau,
Gelati dari Perairan Bali, dan Kora-kora dari Maluku.
Di
beberapa daerah di Indonesia, misalnya Kalimantan, jalur penghubung
utama antarwilayah adalah sungai. Transportasi utama yang banyak
digunakan adalah perahu. Mulai dari perahu kecil yang disebut kelotok
atau ketingting yang bisa memuat 10 penumpang, hingga bus air berupa
perahu panjang (long boat) yang bisa mengangkut puluhan penumpang.
Transportasi Darat
Di
Pulau Jawa, yang menjadi pusat perkembangan peradaban Nusantara sejak
abad ke-4, jalur perhubungan yang berkembang adalah jalur darat. Kuda
banyak dipakai untuk bepergian karena kekuatan dan kecepatannya. Alat
transportasi yang berkembang pun menggunakan jasa kuda, misalnya, kereta
kuda yang kemudian berkembang menjadi andong atau delman. Sedangkan
untuk mengangkut barang, selain menggunakan jasa kuda, juga ada pedati
yang ditarik sapi atau kerbau.
Awal
masuknya transportasi darat modern di Indonesia dimulai pada masa
pendudukan Belanda, di pusat pemerintahannya saat itu yang berada di
Batavia atau Jakarta. Pemerintah Belanda membangun jalur kereta api
dengan rute Batavia-Buitenzorg (Bogor), tahun 1873.
Sedangkan
alat transportasi yang digunakan di dalam kota adalah trem yang
digerakkan oleh mesin uap. Trem merupakan angkutan massal pertama yang
ada di Jakarta. Pada 1910, Jakarta sudah mempunyai jaringan trem.
Tahun
1960-an, Presiden Sukarno memerintahkan penghapusan trem karena
dianggap tidak cocok lagi untuk kota sebesar Jakarta. Trem pun
digantikan bus-bus besar.
Untuk
transportasi jarak dekat, ada oplet dan becak. Ada pula bemo yang mulai
dipakai sejak tahun 1962. Tahun 1970-an, muncul helicak dan bajaj.
Meski sudah dilarang beroperasi, kita masih bisa menemukan beberapa
jenis alat transportasi ini.
Saat
ini, alat transportasi darat yang biasa dimanfaatkan masyarakat adalah
bus dan kereta listrik. Pemerintah pun berusaha mengembangkan
transportasi massal yang modern dan murah seperti bus TransJakarta. Di
masa depan, rencananya, akan ada monorel yang lebih cepat dan canggih.
Meski
sarana transportasi sudah semakin canggih, alat transportasi
tradisional seperti andong atau delman masih banyak kita temui.
Misalnya, di Yogyakarta.
Transpostasi Udara
Sejarah
transportasi udara di Indonesia terkait dengan sejarah kemerdekaan.
Untuk kemudahan transportasi, pada 1948, mantan presiden Soekarno
membeli dua pesawat tipe DC-3 dari Singapura. Pembelian pesawat tersebut
didanai para pengusaha asal Aceh. Wilayah Aceh kala itu merupakan
bagian Indonesia yang belum tersentuh Belanda.
Sebagai
bentuk penghargaan kepada Aceh, dua pesawat tersebut dinamai RI-001
Seulawah Agam dan RI-002 Seulawah Inong. Pesawat tersebut melakukan
penerbangan pertama pada 26 Januari 1949 dengan rute penerbangan
Calcutta-Rangoon. Kedua pesawat tersebut menjadi cikal bakal perusahaan
penerbangan pertama tanah air yaitu Garuda Indonesia.
Industri
penerbangan nasional dirintis tahun 1946 di Yogyakarta oleh tim
Angkatan Udara Republik Indonesia yang dipelopori Wiweko Soepono,
Nurtanio Pringgoadisurjo, dan J. Sumarsono. Salah satu hasil
rancangannya adalah pesawat Si Kumbang yang melakukan penerbangan
pertama pada 1 Agustus 1954.
Pada
26 April 1976 industri pesawat terbang itu berkembang menjadi PT.
Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yang didirikan dengan DR. B.J.
Habibie. Salah satu hasil karya IPTN adalah prototipe pesawat turbo
N-250 yang pertama kali terbang selama 55 menit, pada 10 Agustus 1995.
Namun industri pesawat terbang ini harus berhenti karena kekurangan dana
akibat krisis moneter pada 1997. Sumber : http://www.majalahbravo.com/artikel/wawasan/301-perkembangan-transportasi-di-indonesia