Aktivitas tektonik menggoyang Sesar Grindulu di selatan Jawa Timur. Pulau Jawa masih rentan gempa lantaran dilewati tiga sesar besar. memiliki karakter yang sama dengan Jepang.
Seperti halnya Jepang yang baru saja diguncang gempa hebat hingga menimbulkan bencana tsunami terbesar di “negeri matahari terbit” itu, wilayah Indonesia juga termasuk kawasan rawan gempa. Sebab hampir seluruh kawasan Nusantara, terutama Pulau Jawa dan Sumatera, dilewati sabuk gunung berapi.
Indonesia pun menhadi pertemuan tiga patsahan lempeng bumu yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia yang bertabrakan dengan ;empeng Eurasia terletak di lepas pantai Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara. Sedangkan Lempeng Pasifik yang bertabrakan dengan Lempeng Eurasia berada di utara Irian dan Maluku Utara.
Di sekitar lokasi pertemuan itu, menurut Hadi Surachman yang merupakan staf ahli geologi dari Dinas Peramtambangan dan Energi Kabupaten Pacitan, akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik, dimana lapisan bumi tidak sanggup menahan tumpukan energi. Akibatnya, terjadi gempa bumi. Pelepasan energy sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefraction.
Besarnya dampak gemoa bumu tehadap bangunan bergantung kepada beberapa hal. Antara lain skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi batuan, dan kualitas bangunan.
Sebenarnya pada lapisan kerak bumi yang ada di Pulau Jawa terdapat banyak patahan akibat tumbukan antara Lempengan Benua Asia dan Lempeng Benua Australia. Dari sekian parahan itu, terdapat tiga patahan besar yang memiliki panjang 30-40 kilometer, mulai Pantai Selatan hingga pedalaman Pulau Jawa. Yakni Sesar Cimandiri di Jawa Barat, Sesar Opak di Yogyakarta, dan Sesar Grindulu yang membelah Kabupaten Pacitan hingga lereng Gunung Wilis di Kabupaten Ponorogo.
Kondisi kerak bumi yang ada di dasar Pulau Jawa mirip permukaan air. Jika ada riak kecil oada satu titik permukaan, dampaknya akan menjalar ke permukaan yang lain. Hal itu tampak pada banjir lumpur yang terjadi di Porong, Sidoarjo.
Sesar Gempa Terbesar di Jawa (http://nasional.kompas.com) |
Retakan pada blok batuan akibat aktivitas pengeboran PT Minarak Lapindo mengalami guncangan signifikan ketika terjadi gempa tektonik di Yogyakarta dan Pangandaran tahun 2005. Akibatnyam lapisan lempeng pada kerak bumi di sekitar lokasi penambangan mengalami pergeseran dan menyebabkan semburan lumpur berlangsung hingga sekarang.
Hal yang sama bisa saja terjadi di Patahan Grindulu. Gempa tektonik di Trenggalek dan Ponorogo yang diakibatkan pergeseran sejumlah sesar kecil ataupun blok batuan pada kerak bumi itu bisa saja merambat hingga meluas ke kawasab sekitarnya. Karena itu, menurut Hadi, ada dua langkah untuk mengantisipasi dampak rentetan gempa mikro itu terhadap kestabilan Sesar Grindulu.
Pertama, Dinas Petambangan dan Energi akan memadukan berbagai data yang ada untuk kemudian dianalisis secara keilmuan. Kedua, mekakukan sosialisasi secepatnya kepada masyarakat, terutama yang bermukim di sepanjang jalur Patahan Grindulu, seperti di Kecamatan Arjosari dan Tegalombo. Opsi terakhir akan dilakukan bila ditemukan indikasi dampak berantai dari gempa sporadis terhadap kestabilan salah satu sesar terbesar di Pulau Jawa itu.
Hadi menegaskan, gempa mikro di Trenggalek dan Ponorogo itu tidak akan memicu terjadinya gempa makro di patahan utama Grindulu. Asumsi itu didasarkan pada karakter Patahan Grindulu yang cenderung bercabang-cabang di bagina ujung menjadi sesar-sesar kecil.
Itu berbeda sekali dari karakter Sesar Opak di Yogyakarta, yang terpusat pada satu garis patahan utama dari Bantul Hingga Klaten, Jawa Tengah. Energi gempa yang terjadi di sekitar Sesar Grindulu cenderung tersebar, sedangkan di Sesar Opak terkonsentrasi di jalur patahan.
Sumber: Majalah GATRA Maret 2011
0 komentar:
Posting Komentar