Pada rapat koordinasi yang dihadiri seluruh pihak yang berkompeten
mengenai percepatan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta, ditetapkan ada
lima agenda besar yang ditekankan dalam merevitalisasi Bandara Soekarno-Hatta yaitu :
1. Meningkatkan kapasitas pergerakan pesawat tanpa membangun landasan baru,
Untuk mengoptimalisasi landasan pacu, dilakukan dengan cara merekonfigurasi
runway 1 dan 2 dengan menambah jumlah
taxiway
serta meningkatkan kapasitas area parkir pesawat (apron) saat ini, dari
125 pesawat menjadi 174 pesawat. ”Pergerakan pesawat di Soekarno-Hatta
saat ini 52 pergerakan per jam. Dengan mengoptimalisasi runway yang ada,
kapasitasnya bisa di tingkatkan menjadi 62 pergerakan per jam.
Optimalisasi landasan pacu tersebut dilakukan agar target kapasitas 62
juta penumpang per tahun dapat tercapai pada 2014 tanpa membangun
landasan pacu yang baru.
Alternatif lain, membangun landasan pacu ketiga berikut terminal
keempat yang dialokasikan di sisi utara bandara memang menjadi solusi
lain yang ditawarkan guna meningkatkan kapasitas
Soekarno-Hatta. Karena dengan adanya runway ketiga, volume pergerakan pesawat bisa didongkrak hingga 234 pergerakan per jam.
Akan tetapi, keputusan untuk membangun runway ketiga tersebut
sangat bergantung pada proses pembebasan lahan. Dibutuhkan seluas 830
hektare lahan baru untuk membangun runway ketiga. Jika proses
pembebasannya dapat diselesaikan pada 2013, runway baru bisa dibangun.
Tetapi kalau 2013 belum beres, maka pilihannya adalah harus membangun
bandara baru. Karena Soekarno-Hatta sudah tidak bisa lagi dikembangkan,
sementara pertumbuhan penumpang akan terus meningkat.
Selain optimalisasi runway 1 dan 2, agenda selanjutnya adalah
melakukan pengembangan Terminal 3 serta revitalisasi Terminal 1 dan
Terminal 2. Terminal 3 yang saat ini berdaya tampung 4 juta pergerakan
penumpang per tahun akan dikembangkan hingga 25 juta penumpang per
tahun, dengan membangun terminal tambahan yang akan menjadi bagunan
utama (main building) dan terminal Pier 2. Sementara untuk program
revitalisasi Terminal 1 dan 2, akan dilakukan penambahan luas
masing-masing bangunan ke arah depan, untuk kemudian diintegrasikan
dengan sebuah bangunan baru yang berfungsi sebagai penghubung
(integrated building). Terminal 1 yang saat ini melayani 9 juta
penumpang per tahun akan direvitalisasi agar bisa melayani menjadi 18
juta penumpang per tahun. Sedangkan Terminal 2 akan dikembangkan dari 9
juta menjadi 19 juta.
|
Konsep Pengembangan Terminal 3 |
Pengembangan Terminal 3 direncanakan akan selesai pada 2013,
kemudian program revitalisasi T1 yang dimulai pertengahan 2013 dan
selesai 2014 dan disusul revitalisasi Terminal 2 mulai pertengahan
2012-2013, pembangunan terminal kargo baru akan tender dan selesai 2013.
Sementara jadwal pembangunan fasilitas penunjang akan dilakukan secara
paralel sejak tahun 2011 hingga 2014. Sedangkan pembangunan gedung
terminal terintegrasi (
integrated building) antara Terminal 1 dan Terminal 2, perencanaan dan pembangunan dimulai sejak tahun 2011 dan selesai pertengahan 2013.
Pengerjaan pengembangan Terminal 3 akan dijadwalkan lebih dulu,
menyusul kemudian revitalisasi Terminal 1 dan 2. Hal ini agar
operasional penerbangan yang ada sekarang tidak terganggu. Sebelum T1
dan T2 dikembangkan, seluruh kegiatan operasionalnya akan dialihkan ke
T3.
Perkiraan awal kebutuhan anggaran untuk semua proyek terebut
berkisar Rp11,75 triliun, di mana seluruh pendanaan berasal dari kas
Angkasa Pura II bekerja sama dengan investor, dan pinjaman perbankan
nasional jika diperlukan.
Modern Airport With Traditional Flavour
Grand design Bandara Internasional Soekarno Hatta merupakan
konsep besar yang berfungsi sebagai pedoman (guidelines) di dalam
pembuatan perancangan dan pengembangan yang mengacu kepada Rencana Induk
Bandar Udara Soekarno Hatta. Hal tersebut sebagaimana ditetapkan dalam
keputusan Menteri Perhubungan No: KM 48 Tahun 2008. Grand Design dibuat
dengan pendekatan komprehensif untuk memberikan solusi, terutama
terhadap masalah-masalah pokok seperti: Kapasitas, Aksesibilitas,
Konektivitas, Intermoda dan aspek lingkungan.
Grand Design juga menjadi solusi untuk mengantisipasi
perkembangan bandar udara selama kurun 20 tahun ke depan. Di mana telah
diproyeksikan bahwa pada tahun 2020 hingga 2030, lalu lintas penumpang
dan pesawat di kawasan Asia Pasifik diprediksi akan mengalahkan kawasan
Eropa dan Amerika dengan jumlah pergerakkan mencapai lebih 2,3 miliar
penumpang per tahun. Sejalan dengan itu, akan terjadi pula transisi pola
rute penerbangan dari jarak jauh (Long-Haul) menuju jarak menengah
(Medium-Haul).
Mendasari bahwa traffic penumpang angkutan udara di kawasan ASEAN
terus meningkat pada kurun 10 tahun ke depan—khususnya Indonesia yang
merupakan pasar cukup besar bagi angkutan Udara Internasional (
arrival, transit dan destination)
di kawasan Asia Pasifik dengan prediksi pertumbuhan antara 4,1% - 5.7 %
per tahun—maka diperlukan langkah-langkah strategis dengan membuat
grand design sebagai pedoman pembangunan sarana dan prasarana bandar
udara secara komprehensif. Hal tersebut mengingat total jumlah
pergerakan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta saat ini telah mencapai
angka 44,3 juta per tahun (2010). Sementara kapasitas seluruh terminal
yang ada hanya untuk 22 juta penumpang per tahun. Grand Design Soekarno
Hatta dengan mengoptimalisasikan dua landasan pacu dirancang mampu
menampung hingga 62 juta penumpang per tahun (ultimate).
Dalam mengembangkan
Bandara Soekarno-Hatta, Angkasa Pura II
tidak akan mengubah konsep awal yang mengedepankan konsep arsitektur
landscape airside dan landscape terminal. Yakni konsep bandara ramah
lingkungan yang sarat dengan penghijauan dan kaya akan unsur-unsur etnik
tradisional Indonesia. ”Citarasa tradisional Indonesia akan tetap
kental terasa. Tetapi sistem dan konsep pelayanan akan kita bubuhkan
dengan sentuhan moderen, sesuai dengan tuntutan perkembangan sebagai
bandara yang ’world class’,” Soekarno-Hatta ke depan diharapkan
menjadi bandara berkarakteristik modern yang sarat dengan sentuhan
arsitektural tradisional Indonesia atau ”Modern Airport With Traditional
Flavour”. Ide ini merupakan upaya luar biasa untuk tetap mempertahankan
karakter monumental bagi arsitektur Indonesia/Nusantara.
|
Interchange Terminal |
Bangunan Terminal 3 misalnya, akan dikembangkan dengan konfigurasi masa bangunan berbentuk U atau
U-Shape
yang dapat mengakomodasi seluruh kegiatan operasional penumpang. Di
antaranya pelayanan penumpang, penanganan bagasi, pengunjung,
perpindahan inter-moda, penumpang transit, penumpang transfer dan
fasilitas komersial. Perpaduan dan harmonisasi berbagai kebutuhan
operasional penumpang dengan fungsi dan kegiatannya tersebut akan
terintegrasi di dalam bangunan untuk pelayanan publik.Salah satunya
central check-in
yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan pelayanan penumpang dalam
memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, ketepatan waktu serta
melayani penumpang yang tersebar dalam kapasitas besar secara simultan.
Terkait kondisi iklim di Indonesia, sebagian atap bangunan Terminal
3 akan mengadopsi bangunan monumental arsitektur di Indonesia yang
bercirikan masa bangunan arsitektur tropis. Atap berarsitektur tropis
ini akan menjadi solusi bagi kondisi dan karakteristik cuaca di
Indonesia seperti hujan dan radiasi matahari yang intensitasnya tinggi.
Keputusan tersebut juga merupakan hasil analisis untuk menghindari salah
pengertian dalam menetapkan ciri arsitektur tradisional yang beragam di
seluruh wilayah Indonesia/Nusantara.
Integrated Building
|
Integrated Building T1-T2 |
Integrated Building atau bangunan penghubung yang akan dibangun di
antara Terminal 1 dan Terminal 2 adalah bangunan baru yang mengusung
sistem pelayanan ”
one stop service”. Konsep bangunan ini
berbentuk circular (melingkar) dengan green wall di antara jalan akses
yang memisahkan T1 dan T2. Selain itu dilengkapi pula lapisan kaca pada
facade bangunan yang menyatu secara massa dengan bangunan eksisting T1
dan T2. Beragan fasilitas yang akan dihadirkan akan membuat bangunan ini
sekadar sebagai bangunan penghubung antar-terminal, tetapi akan
memberikan nilai lebih bagi Bandara Soekarno-Hatta yang diorientasikan
menjadi kawasan ”
Aerotropolis”. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain area parkir bertingkat, ruang konvensi (
convensional hall), pusat belanja, sarana rekreasi, fasilitas hotel, perkantoran penunjang operasional bandara.
Bangunan yang sangat mengusung konsep ramah lingkungan ini juga
sedianya akan difungsikan pula sebagai interchange intermoda atau
terminal intermoda dari sejumlah moda angkutan massal. Antara lain
kereta api bandara, bus, serta people mover system atau kendaraan
berbasis rel tanpa awak yang akan menjadi moda penghubung antara T1, T2
dan T3.
Pada awalnya
arsitektural bandara internasional Soekarno-Hatta
memperkenalkan konsep landscape airside dan landscape dari bangunan
terminal T1 dan T2. Konfigurasi half circular dengan konsep fingers
piers yang mulai operasional untuk T1 sejak 1985 dan T2 sejak 1992
merupakan hasil adaptasi dari arsitektur tradisional pada iklim tropis.
Kemudian diintegrasikan dengan bentuk penyelesaian arsitektur/desain
bandara modern atau masa kini. Dari segi arsitektur, pengembangan yang
akan dilakukan sekarang masih sesuai dengan konsep awal yaitu : Tetap ramah lingkungan dan mengusung nilai-nilai budaya nasional Indonesia.
Sumber : http://himaartlie.blogspot.com/2013/04/pengembangan-bandara-soekarno-hatta-jakarta.html