I.
PENDAHULUAN
Bendungan merupakan bangunan penahan buatan
yang terbuat dari urugan atau beton sehingga dapat menampung air baik secara
alamiah maupun buatan. Bendungan urugan terdiri dari bendungan urugan serba
sama (homogenous), bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di
dalam tubuh bendungan (claycore rockfill dam, zone dam) dan
bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (concrete face
rockfill dam) (Andrijanto dan Wulan Pamungkas, 2011).
Air yang ditampung
akibat dibangunnya bendungan biasanya digunakan untuk irigasi, pasok air baku
untuk air minum, industri dan perkotaan, perikanan serta pembangkitan listrik.
Manfaat lain bendungan adalah untuk pengendalian banjir dan pariwisata.
Disamping untuk menampung air, bendungan juga dibangun untuk menampung material
lain, seperti buangan/limbah pertambangan dan lahar dingin. Bendungan untuk
menahan lahar dingin disebut juga bendungan sabo (sabo dam).
Awalnya jenis bendungan
hanyalah earth fill dam yang dipadatkan
sesuai kemampuan manusia. Bendungan yang dikenal dengan nama “Sadd-el Kafara”
telah dibangun di sebelah selatan Kairo (mesir) antara tahun 2950 dan 2750 SM. Bendungan
Sadd-el Kafara, dibangun dengan tinggi 12 m terdiri dari dua dinding yang
dibuat dari puing-puing dengan ketebalan di dasar antara14-36 meter dengan
tengahnya diisi dengan berbagai material. Diduga bendungan ini hancur akibat
terjadinya overtopping (Asiyanto,
2011).
II.
PEMBAHASAN
Dahulu pembangunan
bendungan urugan menggunakan tanah homogen lokal yang diangkut oleh manusia dan
dipadatkan oleh binatang. Kemajuan yang besar dalam menjamin kekedapan
bendungan urugan terhadap air dilakukan oleh Telford (1820) dengan menggunakan
lempung puddle sebagai inti bendungan (Asiyanto, 2011). Seiring berkembangnya
zaman, jenis bendungan mengalami kemajuan dengan munculnya bendungan beton seperti
arch dam yaitu bendungan yang
berbentuk lengkungan untuk mendapatkan kekuatan yang lebih besar.
Dalam menghadapai perencanaan dan
pelaksanaan bendungan besar ada 3 masalah dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.Kekuatan dan keamanan struktur
bendungan, dimana peran spillway
sangat penting khususnya pada bendungan tipe urugan (embankment dam), bahkan terkadang menentukan desain spillways lebih sulit dibandingkan
dengan mendesain bendungan itu sendiri.
2. Kecukupan atau kemampuan fondasi.
3. Efek-efek dari berat air dan tinggi
tekan.
Indonesia mulai menggunakan
bendungan sejak akhir abad ke-19. Sejak tahun 1951-an Indonesia mulai
melanjutkan pembangunan bendungan besar dimana kebanyakan merupakan bendungan
urugan batu (rockfill) dan bendungan
urugan tanah (earthfill). Hingga saat
ini masih banyak dibangun bendungan tipe urugan batu dan tipe urugan tanah di
antaranya adalah karena alasan-alasan berikut :
1.Bendungan tipe urugan bersifat
“fleksibel”, sehingga sesuai di bangun di daerah (zone) gempa seperti di Indonesia.
2.Bendungan jenis lain, misalnya bendungan
beton (concrete arch) memerlukan
fondasi dan bahkan abutment yang
kuat, sehingga memerlukan lokasi tertentu yang memenuhi syarat untuk
pembangunannya.
Di Indonesia,dari semua
bendungan tipe urugan, kira-kira 85% di antaranya merupakan urugan tanah homogen
dan zonal, 15% sisanya merupakan urugan batu. Bendungan urugan dibangun dengan cara
meenimbun tanah, pasir dan kerikil dalam posisi tertentu untuk membatasi suatu
lembah, dalam potongan melintang. Bendungan memiliki bentuk dasar segitiga
dengan perbandingan kemiringan lereng di sisi hulu dan hilir sama yaitu 18
derajat. Dinding sebelah hulu berfungsi sebagai penahan gelombang sedangkan
dinding sebelah hilir harus cukup kuat menahan erosi air hujan dan air bawah bendungan.
Bendungan urugan tanah memiliki beberapa keuntungan antara lain bahan
pembuatannya selalu tersedia disekitar bendungan, membutuhkan biaya kecil dan
waktu yang cepat, dan pembangunannya dapat dilakukan pada semua kondisi geologi
dan geografi yang ada.
Berdasarkan
penempatannya dan susunan bahan pembentukan tubuhnya, bendungan urugan tanah
dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu; bendungan urugan homogen, bendungan urugan
zonal dan bendungan urugan bersekat. Bendungan urugan homogen yaitu dibangun dari bahan sejenis
dengan gradasi butir yang seragam. Bendungan ini berfungsi sebagai bangunan
penyangga dan penahan rembesan air. Bendungan urugan zonal yaitu dibangun dengan menyusun timbunan bahan bangunan
dengan gradasi yang berbeda-beda dalam lapisan tertentu, terdiri dari dua
bagian yaitu bagian lulus air dan bagian kedap air. Bendungan urugan bersekat
yaitu dibangun dengan cara melapiskan sekat kedap air (lembaran baja tahan
karat aspal beton plastik tebal) pada bagian muka sebelah hulu Bendungan.
Selain itu ada juga
yang dinamakan bendungan urugan batu. Bendungan ini dibangun dari urugan
batu-batu besar yang ditumpuk di atas pondasi yang cukup kuat. Bendungan urugan
batu biasa dibangun dengan kemiringannya sekitar 36 derajat. Pembangunan bendungan
ini menggunakan dua metode yaitu metode urugan gilas dan metode urugan
hidraulik. Metode urugan gilas adalah dilakukan dengan mesin tumpuk untuk
mendapatkan bahan-bahan penyusun bendungan. Sedangkan metode urugan hidraulik
dilakukan dengan melewatkan material-material penyusun dalam pipa-pipa berkatup
yang didorong dengan kekuatan hidraulik.
Dalam konstruksi
bendungan, setiap bendungan pasti mengalami rembesan air, namun bagaimana
pengaruh rembesan air terhadap bendungan, sangat bergantung pada bentuk dan
jenis bahan timbunan bendungan. Apabila rembesan air yang terjadi terlalu
besar, akan mengakibatkan terganggunya pengoperasian bendungan, rawan terjadi
longsor atau runtuh, hal ini diakibatkan meluncurnya massa tanah timbunan yang
timbul tekanan besar. Untuk itu, dalam pembuatan bendungan terutama tipe urugan
diperlukan syarat teknis, yaitu pemilihan jenis tanah timbunan, kepadatan, dan
stabilitas bendungan.
Penggenangan bendungan
juga merupakan tahapan yang kritis pada bendungan tipe urugan. Pada tahapan ini
bahan timbunan bendungan akan mengalami perubahan karena pengaruh tambahan
beban air di dalam waduk. Penggenangan akan mempengaruhi fondasi bagian hulu (upstream)
bendungan, yang mendapatkan tambahan beban air diatasnya, sekaligus akan
menimbulkan gaya angkat (uplift) pada timbunan rockfill. Pada
timbunan rockfill bagian upstream juga akan terjadi proses collapsed,
yaitu tambahan settlement yang terjadi karena proses loosening pada
timbunan batuan oleh karena pengaruh air. Pada inti kedap air (core) dibagian
hulu akan terjadi tekanan hidraulik akibat beban air, yang menyebabkan
perubahan tegangan dan regangan pada inti kedap air. Inti kedap air juga akan
mengalami perubahan dari kondisi tidak jenuh (unsaturated) menjadi jenuh
(saturated) oleh karena terjadi aliran (seepage) didalamnya. Gaya
angkat (uplift) pada rockfill di bagian hulu inti kedap air akan
mengurangi tekanan kekang (confining pressure), sehingga akan
terjadi deformasi tambahan di dalam inti kedap air dalam mencapai keseimbangan
dan stabilitasnya. Perubahan-perubahan tersebut dapat berakibat fatal pada
bendungan, seperti terjadinya hydraulic fracturing, crack (retakan) dan piping
yang besar didalam inti kedap air, dan bahkan beberapa bendungan tipe
urugan mengalami keruntuhan pada saat penggenangan pertama. Nobari dan Duncan
(1972) menyampaikan pengaruh air pada saat penggenangan terhadap bagian-bagian
konstruksi bendungan.
III.
PENUTUP
Di Indonesia sendiri
pembangunan bendungan jenis urugan merupakan salah satu alternatif karena
mudahnya perolehan material penyusun bendungan jenis ini. Selain itu, karena
sifatnya yang fleksibel maka bendungan ini akan cukup resisten terhadap gempa
yang sering terjadi di Indonesia sehingga resiko terjadi keretakan bendungan
sangat kecil. Penggunaan bendungan jenis beton merupakan salah satu jenis
bendungan yang memiliki resiko yang besar karena Indonesia sendiri terletak
diantara lempeng benua sehingga hal ini memperbesar kemungkinan retaknya
bendungan akibat gempa.
IV.
REFERENSI
- Andrijanto dan Wulan Sri Pamungkas. 2011. Sejarah Bendungan Jatiluhur.
- Asiyanto. 2011. Metode Konstruksi Bendungan. Jakarta : UI Press.
- Djarwadi, Didiek. ---- .Pengaliran Pada Inti Bendungan Tipe Urugan pada Penggenangan Pertama Waduk.
- Nobari, E.S., and Duncan, J.M. 1972. Effect of Reservoir Filling on Stresses and Movement in Earth Dams. A Report of an Investigation. Report No. TE-72-1. University of California Berkeley. California.
- Prasetya. 2009. Disertasi Model Formulasi GAF Bendungan Tipe Urugan. Universitas Brawijaya.
- Shinaro, Radi, dkk. ---- .Seri Sejarah Konstruksi Indonesia, Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006). Bentara Adhi Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar