#footer-column-divide { clear:both;background: #3B5998;color:#ffcc66; } .footer-column { padding: 10px; }

UNIVERSITAS INDONESIA

Veritas, Probitas, Justisia

IMS FTUI 2014

Integratif dan Kontributif

Civil Engineering

Proud To Be Civil Engineer

CENS UI 2013

Contribute to our country

OIM FTUI 2014

Ayo sipil pasti bisa rebut juara !!! #SemangatBerprestasi

Kamis, 25 Juli 2013

Wow, Jakarta Akan Bangun Supertall !!

Menara Pencakar Langit di Dunia Saat Ini

Belakangan ini, dunia berlomba-lomba membuat gedung pencakar langit yang tentunya sangat mengagumkan dan membuat kita terkesan. Sebut saja gedung Burj Khalifa di Dubai yang saat ini menjadi menara tertinggi di dunia yang mencapai 830 meter dengan 160 lantai serta dilengkapi lift tercepat di dunia dengan kecepatan 60 km/jam. Sungguh luar biasa !!

Burj Khalifa, Dubai

Seakan tak mau kalah, China pun akan membangun gedung yang akan megalahkan ketinggian dari Burj Khalifa ini, yang diberi nama Sky City dengan ketinggian 838 meter. Jangan kaget, perancang menara bernama Sky City One ini mengaku akan menyelesaikan gedung itu hanya dalam waktu 90 hari alias 3 bulan saja, wow!

Seperti dikutip dari Huffington Post, Senin (17/6/2013), pembangunan gedung yang nantinya akan lebih tinggi 8 lantai dari Burj Khalifa ini akan dimulai bulan Juni ini. Tiga bulan ke depan, atau sekitar Agustus atau September gedung ini akan rampung.Burj khalifa saja membutuhkan waktu lima tahun untuk bisa berdiri tegak di atas tanah Dubai. Sementara gedung tertinggi yang akan dibangun di Changsa, China ini hanya butuh tiga bulan untuk mendirikan 220 lantainya.

http://images.detik.com/content/2013/06/17/1016/skycityone.jpg
Sky City, China

Yang teranyar, datang dari Arab Saudi. Pangeran Alwaleed bin Tatal, orang terkaya di timur tengah telah setuju untuk membangun calon menara tertinggi di dunia di masa depan yang disebut Kingdom Tower. Kingdom Tower ini akan menghadap Laut Merah, dan pembangunannya akan memakan waktu lima tahun. Gedung itu akan terdiri dari hotel bintang lima, apartemen, ruang kantor, dan observatory untuk mengamati benda-benda di langit. Nantinya, gedung dengan modal US$ 1,23 miliar (Rp 11,6 triliun) ini akan berdiri megah dengan ketinggian 1 kilometer !!!

Kingdom Tower, Arab Saudi


Jakarta Akan Bangun Menara Kebanggan Indonesia?

Jakarta bakal menyalip Kuala Lumpur dan kota-kota megapolitan lainnya di dunia? Jika segala sesuatunya berjalan lancar, maka hal itu akan terwujud pada  2016. Atau paling lambat 2017, sesuai perhitungan waktu pengerjaan konstruksi yang normal.

Adalah PT Grahamas Adisentosa  yang akan mengguncang dunia dengan Signature Tower Jakarta di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta. SCBD sendiri  dikembangkan PT Danayasa Arthatama Tbk yang sahamnya dimiliki Tomy Winata 0,001%, publik 17,58% dan pemegang mayoritas adalah PT Jakarta International Hotels & Development (JIHD) Tbk sebesar 82,4%.

Signature Tower merupakan gedung  111 lantai setinggi  638 meter atau diklaim kelima tertinggi di dunia setelah Kingdom Tower, Jeddah (1.000 m), Burj Khalifa, Dubai (828 m), Ping An Finance Centre, Shenzen (660 m) dan Seoul Light DMC Tower (640 m). Dengan total luas bangunan mencapai  500 ribu meter persegi, akan terdiri atas  tiga fungsi properti;  hotel, perkantoran dan ritel. Khusus ruang ritel, terkoneksi dengan mal Pacific Place. Menara ini terletak di jantung SCBD atau yang pernah ditempati oleh Automall.

<a rel=nofollow target=hiddenIframe href=/download.php?id=./images/albums/userpics/10005/SignatureTower_Ext-AerialNight_%28c%29SRSSA.jpg>Download</a>~© SRSSA 2011 / CTBUH~1~225~640

Dibutuhkan dana tak kurang dari 1 miliar dolar AS atau Rp9 triliun. Rencananya, Signature Tower Jakarta akan dibiayai oleh dana internal perusahaan serta sindikasi beberapa bank nasional dan asing. 

Ada banyak hal yang membuat realisasi "supertall" menjadi sangat kompleks. Biaya adalah salah satu unsur penting yang besar pengaruhnya terhadap kelancaran pembangunan. Jika dana yang dialokasikan mencukupi atau syukur-syukur lebih, maka desain arsitektural seaneh, seunik, dan setinggi apa pun bisa diwujudkan. Dengan kata lain, semakin tinggi dan "out of the box" sebuah bangunan, akan kian membengkak pula fulusnya. Di Jakarta saja saat ini ongkos konstruksi sudah berada pada angka 800 dollar AS per meter persegi atau senilai Rp 7,7 juta.

<a rel=nofollow target=hiddenIframe href=./download.php?id=./images/albums/userpics/10005/SignatureTower_Ext-HotelPorte_%28c%29SRSSA2011.jpg>Download</a>~© SRSSA 2011 / CTBUH~1~225~800

Menurut Head of Research and Advisory Cushman and Wakefield Arief Rahardjo, tinggi dan rendahnya sebuah bangunan dampak signifikannya hanya terjadi pada desain arsitektural dan struktur yang memengaruhi efisiensi floorplate-nya. "Dan yang terpenting apakah ruang yang akan disewakan di dalamnya akan terserap pasar pada saat bangunan itu jadi. Untuk Signature Tower yang dalam satu bangunan akan terbagi-bagi dalam beberapa peruntukan (perkantoran, ritel dan hotel), sebenarnya mempunyai kans terserap pasar karena luas bangunannya tidak terlalu besar. Dalam keadaan pasar seperti saat ini harusnya akan terserap dengan baik," ujar Arief kepada KOMPAS.com, di Jakarta, Senin (22/4/2013).

<a rel=nofollow target=hiddenIframe href=./download.php?id=./images/albums/userpics/10005/SignatureTower_Ext-PerspectiveSouth_%28c%29SRSSA.jpg>Download</a>~© SRSSA 2011 / CTBUH~1~225~431

Bila dari segi bisnis peluang Signature Tower Jakarta dan Adhi Karya berpotensi mudah menggaet penyewa berkualifikasi dunia. Berbeda halnya dalam perspektif konstruksi dan arsitektur kota. Menurut ahli konstruksi Davy Sukamta, membangun gedung setinggi itu memerlukan beberapa studi, yakni;  dampak lingkungan termasuk traffic analysis, studi ketahanan struktur gedung terhadap pengaruh gempa dan pengaruh angin, pemakaian energi dan antisipasinya  terhadap pasokan yang tersedia, penanggulangan kebakaran dan terorisme, keselamatan penerbangan, dan lain-lain.

“Tentu perlu kalkulasi yang lain dari pada yang biasa dilakukan. Dalam hal ini struktur harus dianalisa dengan teknik nonlinear response history analysis untuk melihat ketahanannya terhadap pengaruh gempa, baik yang bersumber dari  zone subduksi jauh ataupun patahan dekat,” tandas Davy.

Selain itu, perlu dipikirkan pembiayaan jangka lebih panjang dari keadaan normal. Karena supertallmemakan waktu lebih lama untuk pembangunannya. Dengan demikian, dari mulai konstruksi sampai gedung bisa digunakan, merupakan hal yang harus dihitung dengan cermat, karena financial engineering-nya juga akan dihitung atas dasar ini. Untuk gedung setinggi ini, biayanya dapat mencapai dua kali lipat dari gedung-gedung 30 lantai. Komponen yang berbiaya lebih mahal adalah pada fondasi, struktur, metode kerja dan peralatan, transportasi vertikal dalam gedung, serta kuli bangunan. “Juga cost of money,” Davy mengingatkan.

<a rel=nofollow target=hiddenIframe href=./download.php?id=./images/albums/userpics/10005/SignatureTower_Ext-BridgeAerial_%28c%29SRSSA.jpg>Download</a>~© SRSSA 2011 / CTBUH~1~225~800

Sementara dari perspektif arsitektur kota, perlu tidaknya  kehadiran supertall di Jakarta memang sangat subyektif. Tergantung dilihat dari siapa yang berpendapat.  “Tapi secara umum, mungkin Jakarta tidak perlu supertall. Masih banyak cara lain untuk menaikkan kelas kota Jakarta jadi kota kelas dunia. Tapi kalau pun dibangun, ya tidak masalah. Asal bagus, tidak merusak lingkungan, tidak rakus air, “green building”, mixed use, mengandalkan dukungan transportasi publik,  lantai atas bisa diakses oleh publik (seperti WTC New York, ketika masih eksis,  Empire State Building, Sands Singapore, atau World Finance Center di Shanghai), yang menyediakan ruang-ruang publik,” papar  mantan Ketua IAI DKI Jakarta, Bambang Eryudhawan.

Jika hal tersebut di tidak mampu dipenuhi oleh pengembangnya, maka keberadaan supertall hanya akan menimbulkan risiko membangkitan volume kendaraan bermotor (kalau mengandalkan mobil, bukanpublic transport), rakus energi juga polusi visual sepanjang masa jika rancangan atau desain arsitekturnya jelek.

<a rel=nofollow target=hiddenIframe href=./download.php?id=./images/albums/userpics/10005/SignatureTower_Dwg-WestElevation_%28c%29SRSSA.jpg>Download</a>~© SRSSA 2011 / CTBUH~1~225~710

Karena itu, Yudha menyarankan,  jika berhasrat membangun supertall, sebaiknya  gunakan sebanyak mungkin bahan lokal  yang dapat menurunkan carbon footprint, sediakan fungsi-fungsi publik yang memadai (termasuk observation deck di lantai atas), sediakan parkir yang memadai dan dekatkan proyek dengan jaringan sistem MRT, serta terapkan “green building” seoptimal mungkin. Yang lebih penting adalah desain gedung disayembarakan di  tingkat internasional. Ini untuk menghindari polusi visual permanen.

Facts
Official NameSignature Tower Jakarta
Former / Other NameThe Signature Tower
Typebuilding
StatusProposed
CountryIndonesia
CityJakarta
Street Address / MapSudirman Central Business District
Building Functionhotel / office
Structural Materialcomposite
Proposed2010
Start of Construction2014
Completion2020
Official WebsiteSignature Tower
Figures
Height: Architectural638.0 meter / 2093 feet
Height: Occupied515.8 meter / 1692 feet
Height: To Tip638.0 meter / 2093 feet
Height: Observatory515.8 meter / 1692 feet
Floors Above Ground113
Floors Below Ground6
# of Hotel Rooms300
# of Parking Spaces3001
Companies Involved
OwnerPT Grahamas Adisentosa
DeveloperPT Grahamas Adisentosa
Design ArchitectSmallwood, Reynolds, Stewart, Stewart
Associate ArchitectPDW Architects
Structural EngineersThornton Tomasetti;
PT Gistama Intisemesta
MEP EngineersBeca Group;
PT Hantaran Prima Mandiri
Project ManagerPT Grahamas Adisentosa

<a rel=nofollow target=hiddenIframe href=./download.php?id=./images/albums/userpics/10005/SignatureTower_Dwg-WestElevationColor_%28c%29SRSSA2011.jpg>Download</a>~© SRSSA 2011 / CTBUH~1~225~600

Referensi: