#footer-column-divide { clear:both;background: #3B5998;color:#ffcc66; } .footer-column { padding: 10px; }

UNIVERSITAS INDONESIA

Veritas, Probitas, Justisia

IMS FTUI 2014

Integratif dan Kontributif

Civil Engineering

Proud To Be Civil Engineer

CENS UI 2013

Contribute to our country

OIM FTUI 2014

Ayo sipil pasti bisa rebut juara !!! #SemangatBerprestasi

Rabu, 20 Agustus 2014

Pengaruh Air Terhadap Kualitas Beton

Kualitas air sangat mempengaruhi kekuatan beton. Kualitas air erat kaitannya dengan bahan-bahan yang terkandung dalam air tersebut. Air diusahakan agar tidak membuat rongga pada beton, tidak membuat retak pada beton dan tidak membuat korosi pada tulangan yang mengakibatkan beton menjadi rapuh.
Pada pengecoran beton pembuatan rumah sederhana atau tidak bertingkat, kebanyakan tukang mengira, semakin encer beton, semakin bagus karena permukaan yang dihasilkan semakin mulus, tanpa ada rongga, padahal,  dengan kelebihan air, mutu beton akan anjlok sangat jauh. ini disebabkan faktor air semen yang tinggi dalam beton menyebabkan banyak rongga setelah airnya mengering.

Banyak hal-hal lain yang bisa berdampak karena pemakaian air, berikut ini uraiannya :
  1. Air tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter karena dapat mengurangi daya lekat atau bisa juga mengembang (pada saat pengecoran karena bercampur dengan air) dan menyusut (pada saat beton mengeras karena air yang terserap lumpur menjadi berkurang).
  2. Air tidak mengandung garam lebih dari 15 gram karena resiko terhadap korosi semakin besar.
  3. Air tidak mengandung khlorida lebih dari 0,5 gram/liter karena bisa menyebabkan korosi pada tulangan.
  4. Air tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter karena dapat menurunkan mutu beton sehingga akan rapuh dan lemah.
  5. Air tidak mengandung minyak lebih dari 2 % dari berat semen karena akan mengurangi kuat tekan beton sebesar 20 %.
  6. Air tidak mengandung gula lebih dari 2 % dari berat semen karena akan mengurangi kuat tekan beton pada umur 28 hari.
  7. Air tidak mengandung bahan organik seperti rumput/lumut yang terkadang terbawa air Karena akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat dan menimbulkan rongga pada beton.
Syarat air menurut SK SNI 03-2847-2002 adalah :
Air yang dapat digunakan dalam proses pencampuran beton adalah sebagai berikut :
  1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
  2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
  3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama dan hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109 ). 

Sumber: http://tssp.semenpadang.co.id

Konstruksi Jembatan Tol Bali

Jalan Tol Benoa- Ngurah Rai- Nusa Dua sepanjang  10 km pertengahan tahun 2013 ini mungkin sudah dapat dioperasikan sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang dibangun diatas laut, setelah sebelumnya, Jembatan Tol Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Madura terlebih dahulu dioperasikan Juni 2009 lalu. Jalan Tol yang mulai dibangun awal tahun 2012 dan terbentang di atas teluk Benoa, akan menjadi ikon baru Pulau Bali.

Kegiatan pemancangan tiang sebagai landasan jalan tol yang berada di atas laut tersebut pada awalnya dilakukan dengan menggunakan tongkang untuk mengangkut tiang (pile slab) serta derek (crane) terapung untuk mengangkat dan memasang tiang di dalam laut. Namun pada beberapa titik tertentu, utamanya Paket 3, Paket 4 dan Paket 1, dimana kedalaman laut terlalu dangkal dan tidak memungkinkan dilalui oleh tongkang yang mengangkut berbagai peralatan untuk melaksanakan konstruksi jalan tol.
Hingga akhirnya ditemukan metode pembangunan jalan tol tersebut, yaitu dengan membangun jalan kerja disepanjang trase jalan tol, yang terbuat timbunan batu kapur, atau limestone. Sifat batuan sedimen limestone yang terdiri dari kalsium carbonate atau mineral calcite berasal dari organisme laut, sehingga pembuatan jalan kerja menggunakan batu kapur ini tidak mengganggu habitat dan biota laut.
Direncanakan segera setelah konstruksi selesai, timbunan batu kapur tersebut akan dikeruk kembali sehingga tidak akan membendung atau mengganggu arus air laut yang melewati sela-sela tiang pancang jalan tol tersebut. Hingga Januari 2013, sebanyak 163.000 m3 timbunan batu kapur telah dipergunakan untuk membangun jalan kerja,dan dirasakan sangat efektif dan efisein dalam mempercepat proses pembangunan jalan tol tersebut.
Metode pembangunan jalan tol dengan membangun jalan kerja dengan timbunan limestone ini sempat menimbulkan isu lingkungan, namun penegasan bahwa sifat batuan yang bersahabat dengan biota laut, serta adanya pengerukan kembali batuan kapur setelah pembangunan jalan tol selesai, telah menjelaskan kepada pemangku kepentingan bahwa pembangunan jalan tol ini dilaksanakan secara ramah lingkungan dan tidak mengganggu habitat awal.
Metode kerja tersebut juga menegaskan kembali bahwa seluruh pembangunan jalan tol yang dikerjakan oleh Jasa Marga maupun anak perusahaan selalu berorientasi kepada lingkungan sosial, ekonomi, maupun pelestarian lingkungan hidup.

Sumber: jasamarga.com