#footer-column-divide { clear:both;background: #3B5998;color:#ffcc66; } .footer-column { padding: 10px; }

UNIVERSITAS INDONESIA

Veritas, Probitas, Justisia

IMS FTUI 2014

Integratif dan Kontributif

Civil Engineering

Proud To Be Civil Engineer

CENS UI 2013

Contribute to our country

OIM FTUI 2014

Ayo sipil pasti bisa rebut juara !!! #SemangatBerprestasi

Sabtu, 29 Maret 2014

Aksi serentak Earth Hour 2014

Earth-hour-wwf1

JAKARTA - Earth Hour merupakan kegiatan peduli lingkungan yang dipelopori oleh organisasi WWF (World Wide Fund for Nature) Australia, dimulai sejak 2007 dan diadakan pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret setiap tahunnya.  

Saat Earth Hour tiba, seluruh warga dunia serentak memadamkan lampu dan peralatan listrik yang tidak diperlukan sejak pukul 20:30 hingga 21:30 waktu setempat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim serta mengurangi konsumsi listrik.

Asal Usul

Seperti dikutip dari situs Earth Hour, Jumat (26/3/2010), awalnya pada 2004 WWF Australia mencari upaya baru dalam penanggulangan dampak pemanasan global. Maka tercetuslah ide Earth Hour tersebut. Kemudian dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun kampanye Earth Hour disambut baik dan didukung oleh masyarakat dan pemerintah.

Selanjutnya pada 2005, WWF Australia bersama dengan agen periklanan Leo Burnett Sydney mendiskusikan ide yang mengusung gagasan bahwa setiap orang bisa bertanggungjawab secara pribadi untuk masa depan bumi. Mereka pun mulai mengembangkan konsep pemadaman lampu dan listrik dalam skala besar. Gagasan ini diberi nama 'The Big Flick'.

Leo kemudian diberi tugas membuat nama kampanye yang bisa mewakili lebih dari sekadar memadamkan lampu. Maka pada 2006, konsep mereka diubah namanya menjadi Earth Hour. Dengan demikian, mereka berharap nama Earth Hour memungkinkan untuk memperluas fokus kampanye dari sekedar mematikan lampu.

Tepat pada 31 Maret 2007, pertamakalinya Earth Hour dilaksanakan di Sydney, Australia. Kala itu, pemadaman lampu dilakukan pada jam 19:30 hingga 20:30 waktu setempat. Sekira 2,2 juta penduduk Sydney dan 2.100 pengelola gedung perkantoran turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Kegiatan ini lantas menarik perhatian dunia internasional. Pada tahun-tahun berikutnya, Earth Hour pun kemudian diperingati secara global.

Aksi serentak di Indonesia

WWF-Indonesia bersama Earth Hour Champions mengadakan AKSI SERENTAK:
“Ini Aksiku! Mana Aksimu?” sebagai bagian dari rangkaian kegiatan kampanye Earth Hour yang tahun ini jatuh pada hari Sabtu, 29 Maret 2014 selama 1 jam mulai 20.30 – 21.30 (waktu setempat). Target aksi adalah untuk mengingatkan masyarakat aksi ramah lingkungan yang mudah dan murah dan dapat dilakukan mulai dari diri sendiri setiap hari.
AKSI SERENTAK di 4 Car Free Day (CFD) selama bulan Februari dan Maret 2014 telah dimulai pada tanggal 16 Februari 2014 lalu bertema mendukung transportasi publik.
Selanjutnya, aksi akan dilakukan di 3 CFD di banyak kota pendukung kampanye di seluruh Indonesia:
1. 23 Februari 2014; Jam 06.30 – 10.00; tema: diet sampah plastik
2. 9 Maret 2014; tema: hemat kertas dan tisu
3. 23 Maret 2014; tema: air dan energi
Aksi yang dilakukan secara bersamaan di lokasi Car Free Day Sudirman – Thamrin:
1. Aksi Pengumpulan Sampah Plastik
Mulai dari Halte Ratu Plaza – Semanggi
Mulai dari Halte Karet – Menara BCA Bundaran HI
Mulai dari Monas – Menara BCA Bundaran HI
2. Aksi Pembuatan Tas Belanja dari Kaos Bekas di Menara BCA Bundaran HI
3. Aksi Pengumpulan Tas Belanja di Menara BCA Bundaran HI
Kali ini, tim kampanye Earth Hour yang bergabung dalam aksi serentak adalah Banda Aceh, Bekasi, Depok, Tangerang, Bandung, Solo, Semarang, Kota Batu, Malang, Surabaya, Sidoarjo, Denpasar, Balikpapan, Samarinda, Pontianak, Banjarmasin, Palangkaraya, dan Makassar.

“Ini Aksiku! Mana Aksimu?”

Sumber:
http://techno.okezone.com
http://indonesia-now.com

Jumat, 28 Maret 2014

Kereta Cepat Indonesia

Kereta Peluru Jakarta-Bandung Beroperasi 2020

 

JAKARTA, KOMPAS.com — Mimpi Indonesia memiliki kereta cepat seperti Shinkansen di Jepang bakal terwujud. Rencananya, kereta berkecepatan tinggi itu beroperasi mulai tahun 2020 mendatang dengan rute Jakarta-Bandung. Pemerintah Jepang memberikan dana hibah sebesar 15 juta dollar AS untuk studi kelayakan proyek itu.

Studi kelayakan berlangsung selama dua tahap. Tahap pertama mulai 28 Januari 2014 hingga April 2015 untuk membahas perencanaan dasar kereta peuru tersebut. Tahap kedua berlangsung dari April 2015 hingga Desember 2015 guna menggodok detail kalkulasi biaya pembangunannya.

Perkiraan awal, proyek kereta kilat ini akan membutuhkan investasi hingga Rp 56 triliun. Dana tersebut termasuk untuk membangun jalur kereta sepanjang 133 kilometer dan pengadaan kereta cepatnya.

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Dedy Supriadi Priyatna mengatakan, pemerintah menginginkan agar studi kelayakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bisa dipersingkat menjadi 18 bulan. "Agar ground breaking proyek kereta segera terlaksana," katanya seusai menggelar rapat dengan perwakilan Pemerintah Jepang, Selasa (28/1/2014).

Nantinya, pemerintah akan membangun stasiun kereta cepat ini di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, karena memiliki akses yang bagus menuju Stasiun Sudirman dan stasiun MRT yang kini masih dalam pengerjaan. Adapun di Bandung, lokasi stasiun akan terletak di kawasan Gedebage.

Rute kereta cepat ini akan melewati Bekasi, Cikarang, dan Karawang, dengan jarak tempuh 133 km. Dengan kereta berkecepatan hingga 300 km/jam ini, waktu tempuh Jakarta-Bandung cuma 37 menit. Dengan kereta api biasa, perjalanan butuh waktu sekitar tiga jam.

Nah, guna mempercepat proyek ini, pemerintah juga telah menyiapkan strategi khusus. Pemerintah akan membuat Unit Manajemen Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Unit ini terdiri dari berbagai elemen kementerian dan kelembagaan terkait. Contohnya, Kementerian Koordinator Perekonomian, Bappenas, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum, Pemprov DKI Jakarta, dan Pemprov Jawa Barat.

Indonesia Punya KA Super Cepat, 37 Menit Jakarta-Bandung, Tiket Rp200 Ribu/Orang

 

JAKARTA (Pos Kota) – Indonesia bakal memiliki kereta api super cepat. Saat ini Pemerintah Indonesia sedang melakukan pembahasan proyek kereta cepat shinkanzen Jakarta-Bandung. Rencananya, harga tiket per orangnya kurang dari Rp 200.000.
Saat ini sedang dilaksanakan studi kelayakan mengenai kereta super cepat Shinkanzen tersebut termasuk kajian mengenai harga tiketnya.
Jakarta-Bandung sepanjang  133 kilometer nantinya ditempuh hanya selama 37 menit saja. Begitu halnya Jakarta-Surabaya hanya dia jam saja.
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Dedy Supriadi Priyatna mengatakan pemwrintah  akan mengusahakan agar harganya tiket dapat lebih rendah dari Rp 200.000. “Kami sedang membicarakan dengan pemerintah Jepang,” ujarnya.
Kereta Shinkanzen nantinya rute  yang dilewati  dari Jakarta ke Bandung melintas ke Bekasi, Cikarang, Karawang, Bandung dan Gedebage.
Namun jika tarifnya di bawah harga tersebut, kata Dedy, pemerintah harus melakukan subsidi. bisa dalam bentuk subsidi operasional atau subsidi investasi dalam pembangunannya.
Stasiun Shinkansen nantinya atau direncanakan berlokasi di kawasan Dukuh Atas Jakarta Pusat karena dianggap memiliki akses yang baik menuju Stasiun Sudirman dan stasiun bawah tanah Mass Rapid Transportation (MRT) yang baru.
Sedangkan di Bandungnya sendiri direncanakan stasiunya berada di kawasan Gedebage.
Pembangunan  kereta cepat akan memakan waktu pembangunan 6-7 tahun dan menelan biaya hingga Rp56 triliun.
Diharapkan pada  tahun 2020 sudah selesai dan  masyarakat Jakarta dan Bandung diharapkan sudah bisa menikmati fasilitas kereta cepat ini.
Saat ini Proyek kereta cepat shinkansen Jakarta-Bandung sudah ke tahap feasibility study atau studi kelayakan  oleh pemerintah Jepang, yang menghibahkan dana 15 juta dollar AS untuk studi ini.
Sedangkan  pembiayaan kereta ini akan dilaksanakan   kerja sama antara pemerintah dan swasta (KPS), dengan porsi pemerintah mendominan.
Proyek  ini nantinya menggunakan teknologi yang hemat bahan bakar, namun juga hemat waktu karena  kecepatan kereta akan melaju hingga 300 km/jam.
Pembahasan mengenai perencanaan dasar kereta mulai April – Desember 2015 akan membahas detail kalkulasi harga pembangunan.

Kereta Super Cepat Lebih Krusial untuk Rute Jakarta-Surabaya

 

Jakarta -Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menilai pembangunan kereta super cepat Shinkansen di Indonesia lebih krusial untuk diterapkan di jalur Jakarta-Surabaya. Pengusaha menilai jalur tersebut banyak menjadi basis pengusaha.

Demikian dikatakan Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto saat acara seminar dengan tema Making 2014 The Year of Economic and Bussines Confidence di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (30/1/2014).

"Tentu penting ya, tapi menurut saya akan lebih penting lagi kalau Jakarta-Surabaya. Di Jakarta, Semarang, Surabaya kan jalur padat juga, banyak pengusaha," ujar dia.

Suryo menjelaskan, jalur Jakarta-Surabaya dinilai lebih banyak bisa menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan hanya untuk pengangkutan penumpang saja tetapi untuk kelancaran logistik dan barang.

"Jakarta-Surabaya melalui jalur utara menurut saya prioritas lebih tinggi karena akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi. Untuk kelancaran barang perlu jadi perhatian karena justru ini yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas," jelasnya.

Dia menambahkan, kereta super cepat ini memang perlu segera dibangun, namun tidak harus secepat Shinkansen yang mencapai 300 kilometer per jam.

"Tidak perlu kereta cepat seperti Shinkansen karena biaya tinggi. Cukup kecepatan 200 km per jam, itupun sudah dua kali lipat dari yang sekarang. Coba kalau bisa tempuh Jakarta-Surabaya dalam waktu 4 jam, akan luar biasa. Orang akan lebih milih naik kereta," tandasnya.

 

 

referensi 

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/01/29/1504420/Kereta.Peluru.Jakarta-Bandung.Beroperasi.2020

http://finance.detik.com/read/2014/01/30/150229/2483269/4/kereta-super-cepat-lebih-krusial-untuk-rute-jakarta-surabaya

http://poskotanews.com/2014/02/02/indonesia-punya-ka-super-cepat-37-menit-jakarta-bandung-tiket-rp200-ribuorang/ 


 

Kamis, 20 Maret 2014

Briket Sabut Kelapa, Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan

Foto : Pembuatan briket sabut kelapa oleh mahasiswa UNY/UNY
Foto : Pembuatan briket sabut kelapa oleh mahasiswa UNY/UNY

JAKARTA -
 Umumnya, sabut kelapa hanya dibuang begitu saja dan dibiarkan menjadi limbah. Namun, para mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) justru memanfaatkanya menjadi bahan bakar alternatif atau briket. Mereka ialah Dewi Purwanti dari program studi (prodi) Kebijakan Pendidikan, Putri Utha C dari prodi Pendidikan Kimia, serta Erba Firstananda dan Desi Analisa Nababan dari prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Menurut Ketua Kelompok Dewi Purwanti, mereka memilih untuk mendaur ulang limbah sabut kelapa karena beberapa alasan. Salah satunya, mereka ingin mengurangi pencemaran lingkungan yang bisa berdampak pada kesehatan masyarakat di sekitar.
“Masyarakat setempat menjadi merasa tidak nyaman dengan adanya tumpukan sabut kelapa tersebut. Oleh karena itu, kami buat sabut kelapa menjadi briket, selain bermanfaat bagi masyarakat juga dapat mengurangi pemakaian gas elpiji untuk memasak,” tutur Dewi, seperti disitat dari situs UNY, Sabtu (1/2/2014).

Putri Utha mengungkap, mereka bekerjasama dengan masyarakat Dukuh Sorogaten II, Karangsewu, Galur, Kulon Progo untuk melakukan pelatihan pembuatan briket limbah sabut kelapa sebagai energi alternatif. Dengan pelatihan tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. “Kami memilih dukuh Sorogaten karena Sebagian besar masyarakat bermatapencaharian sebagai petani. Diharapkan juga masyarakat dapat memanfaatkan limbah sabut kelapa tersebut untuk kerajinan lain yang bisa menghasilkan manfaat lain,” kata Putri.

Sebagai dukuh yang merupakan penghasil kelapa, beberapa warga masyarakat di sana menjadi penjual kelapa dan lainnya menjadi pengusaha wingko babat yang menghasilkan limbah sabut dan tempurung kelapa. Selama ini limbah tempurung dan sabut kelapa digunakan sebagai pengganti kayu bakar, akan tetapi panas yang ditimbulkan terlalu tinggi sehingga menyebabkan rusaknya peralatan rumah tangga.

Erba Firstananda mengatakan, briket adalah arang yang diproses sedemikian rupa sehingga mempunyai daya serap yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap.
“Briket dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon baik organik maupun anorganik. Sabut kelapa dapat dijadikan bahan alternatif pembuatan briket karena mengandung unsur karbon yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi atau bahan bakar,” ungkap Erba.

Sementara itu, Desi Analisa Nababan berbagi cara pembuatan briket limbah sabut kelapa. Pertama, lanjutnya, siapkan sabut kelapa yang akan dijadikan briket. Kemudian sabut kelapa tresebut dibakar pada tempat pembakaran berupa drum yang diberi lubang sebagai tempat keluarnya asap pembakaran. "Alat dilengkapi dengan pipa pendingin untuk proses kondensasi asap menjadi asap air. Setelah semua bahan terbakar lalu didinginkan selama satu malam, kemudian ditumbuk agar halus dan diayak," urai Desi.

Sementara itu, buat cairan perekat dari larutan tepung kanji yang telah dipanaskan, lalu campurkan arang sabut kelapa dengan lem kanji, dengan perbandingan 600 cc lem perekat dan satu kg arang sabut kelapa. Kemudian cetak adonan sesuai dengan alat cetak atau dengan pipa paralon dan dijemur selama kurang lebih satu hari. Briket pun siap digunakan. (mrg)

Sumber :
http://m.okezone.com

Minggu, 16 Maret 2014

PMP changes to reflect new PMBOK 5

If you're studying for the Project Management Institute's (PMI) Project Management Professional (PMP) exam, considering taking it, or procrastinating about getting this certification, you should know the PMP certification exam is changing on July 30, 2013. I spoke with PMI's Victor Carter-Bey, Director, Certification, and John Kleine, Global Product Manager, who told me the changes are to ensure there are no conflicts between the Project Management Body of Knowledge (PMBOK) guide and the standard exam, because PMBOK 5 is replacing PMBOK 4.

PMBOK 4 to PMBOK 5 changes

Here is a breakdown of the changes that are occurring with the update from PMBOK 4 to PMBOK 5:
  • Project stakeholder management joins the Knowledge areas, making 10 knowledge areas.
  • Processes increase from 42 to 47, with the process groups remaining at five.
  • 19% increase in input, output, tools, and techniques, now totaling 614.

Process additions

The release of PMBOK 5 also brings with it these process additions:
  • Plan Scope Management
  • Plan Schedule Management
  • Plan Cost Management
  • Plan Stakeholder Management
  • Control Stakeholders Engagement

Process changes

The following table shows the process changes that are happening between PMBOK 4 and PMBOK 5:
PMBOK 4PMBOK 5
Distribute Information Manage Communications
Report Performance Control Communications
Monitor and Control Risks Control Risks
Plan Procurements Control Procurements
Identify Stakeholders  Identify Stakeholders 
Direct and Manage Project Execution Direct and Manage Project Work
Verify ScopeValidate Scope
Plan Quality Plan Quality Management
Perform Quality Control Control Quality
Develop Human Resource Plan Plan Human Resource Management
Plan Communications Plan Communications Management
Manage Stakeholder Expectations Manage Stakeholders Engagement

Behind the new PMP changes

"The hiring managers can expect the same things they have in the past," according to Kleine. "One of the things about the PMP exam and the credential in general is that it is a dynamic credential, so it stays relevant. There is not only an exam, but professional development as well."
Kleine offers, "Regardless of when the credential is bestowed, it's us making sure through either the professional development in the current and the newest credential holders that they are up to speed and their skills and experience speak to the global marketplace of project management. From a PMI perspective, we take great pride in the exam development process that we do have in place and employ." Kleine tells me that PMI prides themselves on the process behind developing the PMP exam because it involves certified PMPs working across industries.
According to Kleine, "The exam itself, while it's designed by PMI, we use some other resources to pull it all together. The actual exam creation as far as questions are concerned and the content is done by certified PMPs around the world."
"This is on two different fronts," Kleine details. "The first is when we think about the actual construction of the exam and the actual domain areas of knowledge for the exams. These areas are really based on research we do with practicing professionals, practicing PMPs around the world. So every three to five years we perform what's called a role delineation study where we look at the specific role of the project manager. Particularly in the case of the PMP, we look at someone who leads and directs projects for companies. And going through that research, the project managers will identify what are the areas of responsibility for project managers and what are the various tasks a project manager performs in that role while leading and directing a project."
"We take all that research and aggregate it for the examination. That specific process is managed and facilitated by PMI, but the actual inputs are coming from certified PMPs around the world," says Kleine.
This latest change is part of the overall maintenance of the PMP certification, according to Kleine. He stated, "The other piece is about the maintenance of the certification. What we do each year is have four or five sessions around the world where we bring in certified project managers to refresh and update the content to make sure it remains relevant, but again that is coming from the certified project managers and facilitated by PMI."
The practitioners are defining the terms, structure, and layout of the exam, and PMI has taken that and built on it according to Kleine and Carter-Bey.

Conclusion

The upcoming changes in the PMP examination are in response to market changes and the natural evolution of the project manager role in the global market. Be aware of these changes to the PMP exam if you plan to seek PMP training or take the exam.

Senin, 03 Maret 2014

Sabuk Logam, Teknologi Murah untuk Rumah Tahan Gempa

Sebuah teknologi murah dan mudah diimplementasikan mampu mencegah jatuhnya korban akibat gempa bumi dan membuat rumah tetap aman ditinggali pasca bencana. Cukup kencangkan ikat pinggang.
Ribuan nyawa bisa diselamatkan setiap tahun apabila bangunan dibuat tahan gempa. Namun baru sedikit negara berkembang yang memiliki akses terhadap teknologi rumit yang kerap mahal yang dibutuhkan untuk membuat bangunan anti-gempa.
Kini sebuah tim dari Universitas Sheffield di Inggris mengaplikasikan teknik baru yang tengah diujicobakan pada sebuah bangunan yang diberi tekanan serupa dengan gempa bumi yang menggoncang Haiti tahun 2010 lalu – dan tidak runtuh.
Mengikatkan sabuk logam pada kolom beton sebuah bangunan mencegah keretakan material dan runtuhnya bangunan meski mendapatkan tekanan sepanjang tes.
“Cara kerjanya sangat menyerupai sabuk atlet angkat besi. Semuanya dikompresi sehingga mengurangi tekanan pada kolom beton,” jelas Profesor Kypros Pilakoutas, yang mengepalai tim di Sheffield.
Bak sabuk atlet angkat besi: Semuanya dikompresi sehingga mengurangi tekanan.
Bak sabuk atlet angkat besi: "Semuanya dikompresi sehingga mengurangi tekanan."
Tetap aman pasca gempa
Uji coba yang dipublikasikan Journal of Earthquake Engineering, melibatkan sebuah simulasi gempa bumi. Struktur beton yang dilindungi sabuk logam tetap bergoyang, namun tidak pernah runtuh.
"Metode kami tidak hanya membuat bangunan kembali stabil dengan cepat, tapi juga meningkatkan kemampuan bangunan untuk melakukan deformasi, sehingga tidak lebih rentan terhadap gempa susulan," katanya.
Membuat rumah yang rusak atau runtuh sebagian kembali aman pasca bencana akan memungkinkan warga untuk lebih cepat kembali menghuni rumah.
Hanya dua orang yang dibutuhkan untuk memasang sejumlah sabuk logam dalam waktu beberapa jam, dan para periset di Sheffield memperkirakan biaya yang dibutuhkan per rumah sekitar 250 Euro.
Profesor Kypros Pilakoutas (kiri) dan kandidat PhD Reyes Garcia dengan sampel sabuk logam
Profesor Kypros Pilakoutas (kiri) dan kandidat PhD Reyes Garcia dengan sampel sabuk logam
Masalah negara berkembang
Gempa bumi besar terakhir melanda provinsi kepulauan Bohol di Filipina bulan Oktober 2013. Lebih dari 200 orang tewas dan 900 lainnya terluka.
"Penyebab utama kematian adalah tertimpa runtuhan bangunan," ungkap Christine Casser, seorang sukarelawati yang dikirim ke Bohol oleh Disaster Aid UK.
Wilayah yang rentan gempa bumi di negara maju, seperti Tokyo dan Kalifornia, telah menanamkan investasi besar dalam melindungi bangunan baru dan tua dari aktivitas seismik.
Sebaliknya, negara-negara berkembang kerap tidak siap menghadapi gempa bumi terutama karena dua alasan: kurangnya dana dan kecenderungan untuk lupa terlalu cepat.
"Kami masih melihat beberapa bangunan yang rusak di Kota Meksiko. Namun warga sudah lupa betapa rentannya gedung-gedung ini," papar Reyes Garcia, seorang kandidat PhD dari Meksiko yang turut membantu Profesor Pilakoutas di Universitas Sheffield. Kota Meksiko dihantam gempa berkekuatan 8,1 skala Richter tahun 1985. Gempa ini menewaskan lebih dari 10 ribu orang.
"Kami tidak sadar kalau kami berada dalam zona seismik, kalau kami akan terkena gempa bumi dan kalau bencana semacam ini pasti akan terjadi entah kapan dalam masa hidup kami," pungkas Garcia.
  • Penulis Lars Bevanger
  • http://dw.de