#footer-column-divide { clear:both;background: #3B5998;color:#ffcc66; } .footer-column { padding: 10px; }

Rabu, 20 Agustus 2014

Konstruksi Jembatan Tol Bali

Jalan Tol Benoa- Ngurah Rai- Nusa Dua sepanjang  10 km pertengahan tahun 2013 ini mungkin sudah dapat dioperasikan sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang dibangun diatas laut, setelah sebelumnya, Jembatan Tol Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Madura terlebih dahulu dioperasikan Juni 2009 lalu. Jalan Tol yang mulai dibangun awal tahun 2012 dan terbentang di atas teluk Benoa, akan menjadi ikon baru Pulau Bali.

Kegiatan pemancangan tiang sebagai landasan jalan tol yang berada di atas laut tersebut pada awalnya dilakukan dengan menggunakan tongkang untuk mengangkut tiang (pile slab) serta derek (crane) terapung untuk mengangkat dan memasang tiang di dalam laut. Namun pada beberapa titik tertentu, utamanya Paket 3, Paket 4 dan Paket 1, dimana kedalaman laut terlalu dangkal dan tidak memungkinkan dilalui oleh tongkang yang mengangkut berbagai peralatan untuk melaksanakan konstruksi jalan tol.
Hingga akhirnya ditemukan metode pembangunan jalan tol tersebut, yaitu dengan membangun jalan kerja disepanjang trase jalan tol, yang terbuat timbunan batu kapur, atau limestone. Sifat batuan sedimen limestone yang terdiri dari kalsium carbonate atau mineral calcite berasal dari organisme laut, sehingga pembuatan jalan kerja menggunakan batu kapur ini tidak mengganggu habitat dan biota laut.
Direncanakan segera setelah konstruksi selesai, timbunan batu kapur tersebut akan dikeruk kembali sehingga tidak akan membendung atau mengganggu arus air laut yang melewati sela-sela tiang pancang jalan tol tersebut. Hingga Januari 2013, sebanyak 163.000 m3 timbunan batu kapur telah dipergunakan untuk membangun jalan kerja,dan dirasakan sangat efektif dan efisein dalam mempercepat proses pembangunan jalan tol tersebut.
Metode pembangunan jalan tol dengan membangun jalan kerja dengan timbunan limestone ini sempat menimbulkan isu lingkungan, namun penegasan bahwa sifat batuan yang bersahabat dengan biota laut, serta adanya pengerukan kembali batuan kapur setelah pembangunan jalan tol selesai, telah menjelaskan kepada pemangku kepentingan bahwa pembangunan jalan tol ini dilaksanakan secara ramah lingkungan dan tidak mengganggu habitat awal.
Metode kerja tersebut juga menegaskan kembali bahwa seluruh pembangunan jalan tol yang dikerjakan oleh Jasa Marga maupun anak perusahaan selalu berorientasi kepada lingkungan sosial, ekonomi, maupun pelestarian lingkungan hidup.

Sumber: jasamarga.com

0 komentar:

Posting Komentar